Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang berlandaskan pada paham Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja). NU berdiri pada 31 Januari 1926 di Surabaya, didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari bersama para ulama lainnya untuk mempertahankan ajaran Islam Aswaja di tengah arus modernisasi dan kolonialisme.
1. NU sebagai Pelopor Aswaja di Indonesia
Nahdlatul Ulama memiliki peran utama dalam menjaga, mengembangkan, dan menyebarkan Aswaja di Indonesia, terutama dalam aspek akidah, fikih, dan tasawuf.
- Dalam Akidah → NU mengikuti Asy’ariyah dan Maturidiyah, yaitu mazhab teologi yang menyeimbangkan antara akal dan wahyu.
- Dalam Fikih → NU berpegang pada Mazhab Syafi’i, tetapi tetap menghormati mazhab lain (Hanafi, Maliki, Hambali).
- Dalam Tasawuf → NU mengikuti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali, yang mengajarkan tasawuf berbasis syariat.
2. Prinsip Aswaja dalam NU
NU menanamkan empat prinsip utama dalam menjalankan Aswaja:
1. Tawassuth (Moderasi) → NU mengajarkan Islam yang tidak ekstrem, baik ke kiri (liberalisme) maupun ke kanan (radikalisme).
2. Tawazun (Keseimbangan) → Menyeimbangkan antara akal dan wahyu, dunia dan akhirat, serta antara individu dan masyarakat.
3. Tasamuh (Toleransi) → Menghormati perbedaan pendapat dalam Islam dan menjunjung tinggi keberagaman di Indonesia.
4. I’tidal (Keadilan) → Bersikap adil dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hukum, sosial, maupun politik.
3. NU dalam Mempraktikkan Aswaja di Indonesia
Sebagai organisasi berbasis Aswaja, NU menjalankan ajaran ini melalui berbagai bidang, di antaranya:
✅ Pendidikan → NU mendirikan banyak pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi berbasis Aswaja, seperti Universitas Nahdlatul Ulama (UNU).
✅ Keagamaan → Mengajarkan amalan Aswaja seperti tahlilan, yasinan, maulid Nabi, manaqib, dan ziarah kubur sebagai bentuk penghormatan kepada para ulama dan wali.
✅ Dakwah dan Sosial → NU aktif dalam kegiatan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin dan membangun toleransi antarumat beragama.
✅ Organisasi dan Politik → NU memiliki organisasi sayap seperti Ansor, Fatayat, Muslimat, IPNU-IPPNU, serta mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai wadah politik yang berlandaskan Aswaja.
4. Perbedaan Aswaja NU dan Salafi-Wahabi
Aspek | NU (Nahdlatul Ulama) | Wahabi (Salafi) |
---|---|---|
Akidah | Asy’ariyah dan Maturidiyah | Tauhid versi Ibnu Taimiyah |
Fiqih | Mengikuti mazhab, terutama Syafi'i | Tidak terikat mazhab tertentu (ijtihad langsung dari dalil) |
Tasawuf | Mengakui tasawuf sebagai bagian dari Islam | Menolak tasawuf karena dianggap bid’ah |
Tradisi Keagamaan | Mengamalkan tahlilan, maulid, ziarah kubur | Menganggapnya bid’ah dan menolaknya |
Pendekatan Dakwah | Moderat, toleran, menghargai budaya lokal | Tegas, tekstual, dan menolak budaya lokal jika bertentangan dengan pemahaman mereka |
Sikap terhadap Negara | Nasionalis, menerima Pancasila dan NKRI | Ada sebagian yang menolak demokrasi dan lebih mendukung sistem khilafah |
Ulama Panutan | Imam Syafi'i, Al-Ghazali, Al-Junaid, dll. | Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab |
Kesimpulan
Nahdlatul Ulama (NU) adalah representasi dari Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) di Indonesia. NU berpegang pada Aswaja dalam aspek akidah (Asy’ariyah-Maturidiyah), fikih (mazhab Syafi’i), dan tasawuf (Junaidi-Ghazali). NU juga mengajarkan prinsip moderasi (tawassuth), keseimbangan (tawazun), toleransi (tasamuh), dan keadilan (i'tidal).
Dengan peran besar NU, ajaran Aswaja tetap lestari di Indonesia dan menjadi pilar utama dalam menjaga Islam yang damai, ramah, dan inklusif.
0Komentar