GfG5BUOlGSMpTpM5TUM7Gfr7BA==
Light Dark
Apa yang dimaksud Ahmadiyah ?

Apa yang dimaksud Ahmadiyah ?

Daftar Isi
×


Ahmadiyah adalah sebuah gerakan keagamaan yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada akhir abad ke-19 di India. Ahmadiyah mengklaim diri sebagai aliran dalam Islam, meskipun sering kali dianggap kontroversial dan tidak diterima oleh banyak umat Islam mainstream, terutama oleh mayoritas umat Islam Sunni dan Syiah. Ahmadiyah memiliki ajaran dan keyakinan yang berbeda dengan pandangan Islam tradisional, yang menyebabkan mereka sering dianggap sebagai aliran sesat oleh sebagian besar ulama dan otoritas agama Islam.

Sejarah dan Asal Usul Ahmadiyah

Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah, lahir pada 13 Februari 1835 di Qadian, sebuah kota kecil di wilayah Punjab, India (sekarang di Pakistan). Pada tahun 1889, setelah mengklaim mendapat wahyu dan petunjuk dari Allah, Mirza Ghulam Ahmad mendirikan gerakan yang dinamakan Ahmadiyah di Qadian.

Mirza Ghulam Ahmad mengklaim bahwa dia adalah Mesias yang dijanjikan (dalam tradisi Islam), yang dimaksudkan untuk menghidupkan kembali ajaran Islam yang murni, yang menurutnya telah terdistorsi oleh berbagai aliran dan interpretasi yang salah. Selain itu, Mirza Ghulam Ahmad juga mengklaim dirinya sebagai Mahdi (pemimpin yang dijanjikan) dan bahkan menganggap dirinya sebagai Nabi setelah Nabi Muhammad.

Gerakan Ahmadiyah menyebar dengan cepat di India dan di luar India, terutama ke negara-negara seperti Pakistan, Bangladesh, Afrika, dan beberapa negara di Eropa. Ahmadiyah memiliki beberapa cabang, tetapi dua cabang utama yang paling dikenal adalah Ahmadiyah Qadiani dan Ahmadiyah Lahore.

Ajaran Utama Ahmadiyah

Ada beberapa ajaran utama dalam Ahmadiyah yang membedakannya dari Islam tradisional, terutama yang berkaitan dengan pandangan mereka tentang Nabi Muhammad, nubuwwah (kenabian), dan kedudukan Mirza Ghulam Ahmad.

1. Keyakinan tentang Kenabian Mirza Ghulam Ahmad  
   - Ahmadiyah mengajarkan bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi terakhir dalam pengertian yang tidak bertentangan dengan Islam. Mereka tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi baru yang menggantikan Nabi Muhammad, tetapi mereka percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dalam pengertian simbolis atau sebagai nabi pembaharu yang menghidupkan kembali ajaran Islam yang asli.
   - Mirza Ghulam Ahmad sendiri menegaskan bahwa dia tidak mengklaim sebagai Nabi yang mengubah wahyu atau mengubah syariat Islam, tetapi dia mengklaim sebagai Al-Mahdi dan Mesias yang dijanjikan yang datang untuk memperbarui ajaran Islam.

2. Penerimaan terhadap Nabi Muhammad SAW  
   - Meskipun mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dalam pengertian yang umum, Ahmadiyah meyakini bahwa kenabian tidak akan berhenti sepenuhnya setelah Nabi Muhammad. Mereka menerima bahwa nabi-nabi berikutnya dapat muncul dalam bentuk nabi pengikut yang menerima wahyu tanpa membawa syariat baru.
   - Sebagai contoh, mereka berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi pengikut yang membawa wahyu dari Allah tanpa menggantikan syariat Islam yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW.

3. Kedudukan Ahmadiyah sebagai Muslim  
   - Ahmadiyah menganggap dirinya sebagai bagian dari umat Islam, dan mereka tetap mengikuti ajaran-ajaran dasar Islam, seperti syahadat, salat, puasa, dan zakat. Namun, mereka sering kali dianggap bukan sebagai bagian dari umat Islam mainstream oleh sebagian besar kelompok Islam, terutama oleh umat Islam Sunni dan Syiah yang menolak klaim kenabian Mirza Ghulam Ahmad.
   - Salah satu kontroversi terbesar adalah masalah kenabian: banyak ulama Islam yang menolak klaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi setelah Nabi Muhammad, karena dalam ajaran Islam tradisional, Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai nabi terakhir (Khatam al-Anbiya).

4. Pandangan tentang Jihad  
   - Ahmadiyah menekankan bahwa jihad tidak harus dilakukan dengan kekerasan atau peperangan. Mereka mengajarkan bahwa jihad lebih banyak berbentuk perjuangan spiritual dan perjuangan batin untuk memperbaiki diri dan menyebarkan perdamaian.
   - Pandangan ini berbeda dengan beberapa aliran yang lebih radikal dalam Islam yang menganggap jihad sebagai kewajiban untuk berperang melawan kekufuran atau ketidakadilan.

5. Penerimaan terhadap Al-Qur'an dan Hadis  
   - Ahmadiyah mengakui Al-Qur'an sebagai kitab yang tidak terbantahkan dan sahih, dan mereka juga menerima hadis-hadis yang sahih sebagai sumber kedua ajaran Islam. Namun, mereka menafsirkan beberapa ayat Al-Qur'an dan hadis secara berbeda untuk mendukung klaim-klaim mereka, terutama terkait dengan kedatangan Mesias dan Mahdi.

6. Kepercayaan tentang Akhir Zaman dan Mesias  
   - Ahmadiyah percaya bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Mesias yang dijanjikan dan al-Mahdi yang telah datang untuk memperbarui ajaran Islam. Mereka meyakini bahwa tugasnya adalah untuk menghidupkan kembali ajaran asli Islam dan menyebarkan pesan kedamaian di dunia.
   - Mereka juga mempercayai bahwa kedatangan Mesias bukan dalam bentuk orang yang baru, tetapi lebih sebagai seorang reformis yang membimbing umat untuk kembali ke ajaran Islam yang sejati.

Perpecahan dalam Ahmadiyah

Setelah kematian Mirza Ghulam Ahmad pada 1908, gerakan Ahmadiyah terpecah menjadi dua cabang utama:

1. Ahmadiyah Qadiani (Jama'at Ahmadiyya)  
   - Cabang utama ini berpusat di Qadian, India, tempat di mana Mirza Ghulam Ahmad mendirikan gerakannya. Jama'at Ahmadiyya ini dipimpin oleh keturunan Mirza Ghulam Ahmad dan memiliki struktur kepemimpinan yang sangat terorganisir.
   - Cabang ini terus mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Nabi terakhir dalam pengertian pembaharu, meskipun mereka menganggap Nabi Muhammad SAW tetap sebagai nabi penutup dalam hal syariat.

2. Ahmadiyah Lahore  
   - Cabang ini berpusat di Lahore, Pakistan, dan dipimpin oleh Muhammad Ali, seorang pemimpin Ahmadiyah yang menentang klaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dalam arti apapun. Ahmadiyah Lahore lebih menekankan pada nabi pembaharu yang tidak membawa wahyu baru atau syariat baru.
   - Mereka lebih menekankan pada prinsip rehabilitasi Islam dan perkembangan sosial dalam kerangka ajaran-ajaran yang sudah ada dalam Al-Qur'an dan hadis.

Tantangan dan Kontroversi

Gerakan Ahmadiyah menghadapi banyak tantangan dan kritik dari mayoritas umat Islam. Beberapa poin kontroversial yang menjadi bahan perdebatan antara Ahmadiyah dan umat Islam mainstream adalah:

1. Status Sebagai Muslim  
   - Sebagian besar umat Islam, terutama di negara-negara seperti Pakistan, Indonesia, dan Mesir, menganggap Ahmadiyah sebagai aliran sesat karena klaim Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi dan mesias. Di beberapa negara, Ahmadiyah dilarang atau dianggap sebagai aliran yang keluar dari Islam.
   - Pakistan adalah negara yang terkenal dengan larangan terhadap Ahmadiyah. Pada tahun 1974, Parlemen Pakistan mengeluarkan undang-undang yang menyatakan bahwa Ahmadiyah bukan bagian dari umat Islam, dan pada tahun 1984, jihad terhadap Ahmadiyah diperintahkan oleh pemerintah Pakistan. Ahmadiyah dilarang untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai Muslim.

2. Persepsi terhadap Jihad dan Kekerasan  
   - Ahmadiyah menentang keras penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama dan menekankan pada pendekatan damai dan dialog untuk menyelesaikan perbedaan. Hal ini membuat mereka berbeda dari beberapa kelompok radikal yang mengartikan jihad sebagai peperangan fisik.

3. Persepsi Sosial dan Politik  
   - Di beberapa negara, pengikut Ahmadiyah sering kali mengalami diskriminasi sosial dan politik. Mereka sering dipandang sebagai marginal dalam masyarakat Islam karena pandangan mereka yang berbeda dalam beberapa aspek keyakinan dasar.

Kesimpulan
Ahmadiyah adalah gerakan keagamaan yang berasal dari klaim-klaim kenabian dan kesucian Mirza Ghulam Ahmad. M

0Komentar